Dikumpulkan dari beberapa sumber :)
1.
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta
|
Kunjungan SDN 2 Bojong ke Kraton Yogyakarta |
Keraton Yogyakarta : Istana
Budaya dan Keindahan Jawa
( Ketika di keraton dan mendapati lukisan ini, Tips : lihat salah satu sepatu
lukisan tersebut dari sisi kanan, tanpa memindah penglihatan, bergeserlah ke
kiri perlahan. Makan sepatu tersebut akan mengikuti kemana Petualang bergerak)
Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur
Perayaan Waisak di
Borobudur
Sementara Albatros, pesawat amfibi angkut sedang buatan AS juga masuk ke dalam
jajaran Skadron V Intai Laut AURI- Lanud Abdulrachman Saleh tahun 1955. AURI
membeli sebanyak delapan pesawat dari AS, Selain, ketiga pesawat, di halaman
masih ditempatkan rudal pertahanan udara jarak sedang SA-75 buatan Soviet alat
ini sempat digunakan sebagai salah satu senjata untuk mempertahankan Ibu Kota.
MONUMEN
JOGJA KEMBALI (MONJALI)
Jejak Peristiwa Enam Jam di Yogyakarta
MAKNA YANG TERSIRAT DAN TERSURAT
DALAM TETENGGER SEJARAH
REPLIKA PESAWAT HINGGA RUANG
HENING
ULASAN WISATAWAN
Sewaktu dari t4 nenek diwonogiri sama adek saya berangkat menggunakkan Yamaha
VIXION perjalanan dari yogya ke purwantoro menempuh 3 jam perjalanan jarak dari
yogya ke wonogiri sekitar 130 KM. saya berangkat dari 4 sore yampe t4 mbah
malam jam 7. Badan terasa lelah lalu istirahat dan makan pada malam itu saya
istirahat.
Nah keesokan harinya yang menarik dan patut diceritakan adalah jalan2 kemonumen
dan sebuah rumah yang dijadikan Markas Gerilya oleh Panglima Besar Jenderal
Besar Soedirman di pakis baru, saya berangkat kesana dengan Om saya yaitu Om
ied, anaknya Elsa, Udin sepupu saya dan dwi septyawan adik saya. Udaranya sejuk
bgt, biar lebih lengkap.
Nah ceritanya begini
Salah satu yang menarik adalah sebuah rumah yang dijadikan Markas Gerilya oleh
Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman. Rumah milik Karsosoemito, seorang
bayan di dukuh sobo ini, selama 3 bulan 28 hari (107 hari), sejak tanggal 1
April 1949 sampai 7 Juli 1949, digunakan sebagai markas oleh Panglima Besar
Jenderal Besar Soedirman.
Sebelum sampai di rumah Karsosoemito, Jenderal Soedirman menginap di rumah
Jaswadi Darmowidodo, Kepala Desa Pakis ketika itu, yang berjarak 7 kilometer
dari Dukuh Sobo. Di Rumah Markas Gerilya ini Jenderal Soedirman bersosialisasi
dan bergabung dengan masyarakat setempat
Dikatakan, Jenderal Soedirman sampai di Pakis
Baru, Nawangan, Kabupaten Pacitan, setelah hampir 7 bulan bergerilya keluar
masuk hutan, naik turun gunung, dan menjelajah kampung. Kalau Anda berkunjung
ke rumah bersejarah ini, Anda dapat menyaksikan dan merasakan betapa dahsyatnya
perjuangan Jenderal Soedirman. Medan jalan yang berkelok-kelok, naik-turun
pebukitan dengan jurang yang dalam di salah satu sisi jalan.
Tentu saja alam sekitar yang indah dan berudara
sejuk, bahkan mungkin dirasakan sebagian orang sebagai sangat dingin.
"Dari arah mana pun perjalanan menuju Pakis Baru, yang dirasakan adalah
jalan yang penuh tantangan. Kita bisa merasakan betapa gigihnya perjuangan
Jenderal Besar Soedirman, walau dalam kondisi sakit-sakitan”
Markas Gerilya Jenderal Soedirman ini terletak
32 km arah timur dari pusat pemerintahan di Kabupaten Pacitan. Dapat ditempuh
dengan kendaraan mobil selama satu jam perjalanan. Rumah ini juga dapat
ditempuh dari Kota Solo, Jawa Tengah, dengan perjalanan darat selama kurang
lebih 3 jam. Atau melalui Yogyakarta selama 4 jam perjalanan. Tidak jauh dari
Markas Gerilya ini, sekitar 2 km, terdapat kompleks Monumen Patung Panglima
Besar Jenderal Besar Soedirman yang sangat megah.
"Pada tahun 2008 telah dilakukan konservasi
dan penyempurnaan terhadap patung Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman dan
rumah bersejarah Markas Perang Gerilya ini"
Tentang Markas Gerilya ini, Jenderal Soedirman
menjadikannya sebagai tempat bersosialisasi dan bergabung dengan masyarakat
setempat. Selain itu, beliau melakukan aktivitas secara teratur, serta dapat mengadakan
hubungan dengan pejabat pemerintah di Yogyakarta.
Kegiatan Beliau di rumah ini antara lain
menyusun perintah-perintah harian serta petunjuk dan amanat, baik untuk tentara
maupun masyarakat.
Dari rumah yang dijadikan Markas Gerilya ini,
Jenderal Soedirman selalu berkomunikasi dengan para panglima dan komandan di
berbagai daerah yang dilakukan melalui caraka (kurir). Menurut seorang saksi
mata, Padi (66), anak dari Karsosoemito, pemilik rumah, yang ketika itu berusia
7 tahun, banyak komandan pasukan maupun pejabat pemerintahan yang datang ke
Sobo untuk minta petunjuk "sesepuh".
Masyarakat menyebutnya sesepuh atau orang sakti.
Saya tidak tahu kalau yang tinggal di rumah itu Panglima Besar Jenderal Besar
Soedirman. Hampir setiap pagi, saya dipanggil 'sesepuh' untuk sarapan bubur.
Karena dalam kondisi sakit, 'sesepuh' di luar kesibukannya mengatur strategi
perang, dan memberi amanat, beliau setiap pagi berjemur sinar matahari. Ajudan
beliau ketika itu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo atau waktu itu dipanggil
Pak Noli. Ia sekarang jadi penjaga Markas Gerilya ini.
Lebih jauh Direktur Permuseuman Intan
mengatakan, di Markas Gerilya ini Jenderal Besar Soedirman sibuk mengatur
komunikasi dengan para petinggi militer. Melalui Letkol Soeharto, Jenderal
Soedirman juga berkomunikasi intensif dengan Sri Sultan HB IX di Yogyakarta.
Setelah Perjanjian Roem-Royen disahkan pada
tanggal 7 Mei 1949 dan Pemerintah Indonesia-Belanda sepakat untuk mengakhiri
permusuhan, maka Panglima Besar Jenderal Soedirman merencanakan untuk kembali
ke Yogyakarta. Akhirnya 7 Juli 1949, setelah dibujuk oleh berbagai pihak,
Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman meninggalkan rumah ini, kembali menuju
Yogyakarta.
Sebagai rumah bersejarah, wisatawan bisa melihat
situasi dan kondisi rumah yang dijadikan Markas Perang Gerilya ini. Rumah yang
menghadap ke arah utara ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian depan yang
disambungkan dengan bagian belakang. Rumah bagian depan berbentuk empat persegi
panjang, berukuran 11,5 x 7,25 meter persegi, sedangkan rumah bagian belakang
berukuran 10,2 x 7,3 meter persegi.
Rumah ini berlantaikan tanah liat. Rumah bagian
depan dindingnya terbuat dari papan kayu (gebyok). Sementara rumah bagian
belakang dindingnya terbuat dari anyaman bambu (gedhek). Pada ruangan depan
terdapat 2 buah pintu, dan terdapat tiang-tiang kayu yang menyangga konstruksi
atap. Di ruangan ini juga terdapat 4 buah kamar tidur, yang salah satunya
merupakan kamar tidur Panglima Besar Soedirman. Kamar tidur lainnya pernah
ditempati ajudan Beliau, yaitu Soepardjo Rustam dan Tjokro Pranolo.
Di masa gerilya di ruangan rumah terdapat satu
set meja dan kursi tamu yang terbuat dari kayu serta balai-balai dari bambu.
Ruang bagian belakang, yang diduga dimanfaatkan sebagai dapur dan tempat
penyimpanan berbagai peralatan, tidak terdapat kamar. Pada rumah bagian
belakang ini juga terdapat tiang-tiang serta terdapat sebuah pintu. Atap rumah
berbentuk dua buah limasan yang disambungkan dengan talang di tengahnya.
Genting penutup atap rumah terbuat dari tanah liat.
Untuk lebih memberikan informasi tentang arti
penting rumah bersejarah Markas Gerilya ini, di dalam rumah kini dilakukan
penataan berupa pemasangan papan informasi, foto koleksi, dan perabotan. Di
depan rumah disajikan sekilas tentang sejarah dan rute Perang Gerilya, sejak
berangkat hingga kembali ke Yogyakarta.
Di rumah bagian depan, dipamerkan kamar tidur
Panglima Besar Soedirman, serta foto-foto Beliau ketika foto bersama dengan
masyarakat di depan rumah bersejarah ini. Juga foto ketika berangkat bergerilya
dan ketika Beliau pulang ke Yogyakarta.
Selain itu, di runag depan juga disajikan tiruan
tandu, meja-kursi tamu, dan tempat tidur pengawal/ajudan Beliau. Di ruang
bagian belakang terdapat peralatan audiovisual, untuk menyaksikan tayangan
tentang Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman.
Pintu
Masuk Keraton Jogja
Keraton Yogyakarta (Jogja) atau sering disebut dengan Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat terletak di jantung provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY), Indonesia. Karena tempatnya berada di tengah-tengah Jogja, dimana ketika di
ambil garis lurus antara Gunung Merapi dan Laut Kidul, maka Keraton menjadi pusat dari keduanya.
Keraton atau Kraton Jogja merupakan kerajaan terakhir dari semua kerajaan yang
pernah berjaya di tanah jawa. Ketika kerajaan hindu-budha berakhir kemudian di
teruskan dengan kerajaan islam pertama di Demak, lalu berdiri kerajaan yang
lain seperti Mataram islam yang di dirikan oleh Sultan Agung lalu berjalan dan
muncul Keraton Jogja yang didirikan
oleh Sultan Hamengku Bowono I. Hingga sekarang, keraton Jogja masih menyimpan
kebudayaan yang sangat mengagumkan.
Taman
Depan Keraton Jogjakarta
Dalam perkembangannya, Keraton Jogja banyak mengalami masa pasang surut
kepemimpinan dan terjadi perpecahan. Yang paling terkenal adalah perjanjian Giyanti pada tahun 1755, dimana kerajaan
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu wilayah timur yang sekarang menjadi keraton surakarta (solo – petualangan selanjutnya ) dan wilayah barat yang disebut dengan Keraton Jogjakarta.
Namun, Keraton Jogja juga banyak menyimpan sejarah yang tak bisa dilupakan begitu saja oleh bangsa
Indonesia, termasuk dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia. Cukup banyak untuk di kaji dan ditulis.
Keraton
Jogjakarta
Selain itu, Keraton Jogja sangat kental dengan warisan budaya etnik jawa yang sangat
menajubkan yang masih bisa di temukan di sekitar dan dalam keraton sendiri.
Ketika Petualang ke Keraton Jogja maka, itulah gambaran sederhana tentang
budaya dan keindahan tanah jawa. Semua hampir terwakilkan dalam satu tempat
yang menarik dan sangat memukau. Bagaimana tidak, di Keraton masih banyak
menyimpan tentang berbagai kesenian, hasil budaya, ragam pakaian adat dan
bentuk rumah ala jawa yang indah. Tidak berhenti disitu saja, di Keraton Jogja
juga mempertunjukkan bagaimana supelnya orang jawa dalam berkomunikasi dan bersapa dengan semua orang yang
datang disana. Sangat eksotis dan menarik.
Keraton
Jogja
Untuk menuju Keraton Jogja sangat mudah, karena letaknya persis di pusat
kota Jogjakarta. Walaupun begitu, Petualang juga harus cekatan dan bisa
menghafal rute yang bisa di lewati untuk menuju Keraton Jogja. Untuk Petualang
yang melaju dari Semarang atau Wonosobo(kretek – langsung ke ring road barat) silakan melewati rute :
Ungaran– Ambarawa – Magelang – Jl magelang jogja –
Terminal Jombor – Jl Diponegoro (Tugu Jogja belok kanan) – Jl Mangkubumi – Jl
Malioboro – Jl Ahmad Yani – Jalan Senopati – Jl Brigjend Katamso – Jl Ibu Roswo
– Jl William – Jl Kesatriyan – Keraton Jogja. Untuk yang dari Solo atau Klaten atau Kebumen juga
hampir sama hanya berbeda cara rute masuk dalam kota saja. Tidak usah pusing,
karena plang jalan di Jogjakarta sangat membantu menemukan Keraton Jogja.
Keraton
Jogjakarta
Tiket masuk ke Keraton Jogja sangat terjangkau, hanya menyisihkan uang
sekitar Rp. 10.000,- bisa menikmati hampir semua lingkungan istana yang berdiri
megah dan indah. Petualang di haruskan
untuk tidak memakai topi atau kaca mata bila masuk ke lingkungan keraton, bukan apa-apa hanya
untuk menghormati kebudayaan jawa. Jam berkunjung ke Keraton untuk hari Ahad
dan hari lainnya di batasi dari jam 07 am – 12 am. Tips : Silakan untuk datang
ke Keraton Jogja sekitar jam 9, karena ada pementasan tari khas jawa seperti Serimpi yang dilakukan secara apik dan menajubkan.
Pagelaran
Tari di Keraton Jogja
Istana Jogja, sebagai representasi dari budaya jawa bisa ditemukan
ketika Petualang masuk ke dalam Keraton, seperti pergelaran tari-tari jawa tentang berbagai cerita (babad tanah jawa,
epic ramayana) yang dipentaskan oleh penari yang handal dan mampu memukau
menarik penonton seperti terbawa suasana sakral yang sangat menghipnotis. Di iringi suara gemelan yang
mengalun indah bercampur dengan
bait-bait jawa dilantunkan indah oleh pesinden danwarangono Keraton Jogja. Selain tari, juga disajikan pentas wayang
orang yang sangat menarik untuk di lihat, wayang orang ini berbeda
dengan kebanyakan karena gerakannya hampir mirip dengan gerakan ballet.
Pementasan tari jawa tersebut dilakukan di tempat terbuka mirip dengan pendopo
Keraton, jadi petualang bebas leluasa menyaksikan dari berbagai sudut.
Kesempurnaan dari sebuah budaya jawa, tarian yang indah layak untuk dilihat.
Taman
Istana Keraton Jogja
Melihat sudut Keraton yang lain seperti Kedhaton, dimana kedhaton ini merupakan tempat bertemunya
Raja dengan semua pemangku Keraton. Dengan suasana bangunan joglo yang indah
dengan beberapa ornamen ala jawa arab yang menghiasi di setiap tembok dan
pilar, juga berbagai macam tanaman rindang menambah suasana sakral jawa lebih
sejuk dan menarik. Pilar-pilar yang berjajar sedemikian rupa menambah gagah dan
kuatnya Keraton Jogja waktu itu. Beberapa bangunan taman juga menghiasi setiap
sudut komplek Kedhaton Keraton Jogja. Ada yang menarik dikomplek Kedhaton
tersebut, ketika Petualang masuk pintu area Karaton maka akan selalu bertemu
dengan para penjaga (pekerja khusus) Keraton atau yang biasa di sebut dengan Abdi Dalem.
Abdi
Dalem tersebut
tidak boleh atau dilarang untuk mungkur (ina : membelakangi Kedhaton). Jadi sang Abdi Dalem akan selalu menghadap
ke arah Kedhaton, bukan membelakangi kedhaton. Ketika Penulis tanya alasanya,
maka dengan bahasa jawa khas dan menarik secara ringkas sang Abdi dalem mengatakan bahwa
Kedhaton merupakan simbol Raja, disana tempat Raja duduk dan begitulah salah
satu cara untuk menghormati kepada Raja. Menarik sekali bukan?
Abdi
dalam dan wisatawan
Didalam Keraton juga
disajikan berbagai budaya jawa yang indah seperti batik yang merupakan warisan
budaya jawa yang sudah diakui secara internasional. Beberapa lukisan, keris,
foto raja-raja jawa, silsilah raja jawa, dan berbagai hasil budaya jawa. Ketika
masuk di rumah batik, disana dilarang untuk memotret. Karena semua motif
batik disana merupakan ciri Keraton Jogja yang merupakan simbol dari istana
jawa yang hanya boleh dicetak dan dipakai di lingkungan istana saja. Beragam
motif batik istana sangat menarik memang, desain yang khas dan berbeda dengan
kebanyakan batik.
Museum Keraton Jogja
Beberapa alat gamelan juga ditampilkan di Istana Jogja, gamelan berasal dari
kata gamel yang berarti memukul. Gamelan sendiri merupakan alat musik khas jawa dimana permainan musik ini
dilakukan dengan mengunakan alat seperti kenong, kempul, kendhang, gong,
suling, kecapi dan lain sebagainya. Gamelan sendiri dimainkan bersama penyanyi
yang disebut dengan Sinden(perempuan) atau Warangono (lelaki) seperti yang
di pentaskan ketika masuk ke komplek Istana Jogja dimuka. Ketika memasuki
ruang lukisan, banyak dijumpai lukisan
bersejarah
seperti raja-raja jogja, istri dan anak-anak raja jogja, lukisan tentang
kemerdekaan, dan berbagai macam pengambaran tentang keraton. Jika Petualang masuk ke area lukisan jangan lupa untuk masuk ke lukisan yang
sakral dan penuh misteri, begitu kata abdi dalem. Lukisan tersebut
hanya ada beberapa saja, di tempatkan tersendiri.
Taman
Misterinya adalah ketika petualang melihat lukisan raja jawa tersebut, maka lihat sepatu slop yang dipakai sang raja, ketika Petualang berada di sebelah kiri
lukisan maka sepatu tersebut akan mengarah ke arah petualang. Nah, cobalah
untuk berjalan ke sebelah kanan sambil melihat arah sepatu Raja tersebut, ajaib
memang, sepatu itu seolah-olah mengikuti kemana Petualang melangkah. Dari sudut
manapun melihat, sepatu tersebut selalu mengarah kemanapun ke arah orang yang
melihat.
Keraton Jogja sendiri sangat sejuk dan nyaman, jadi Petualang ndak usah
takut apabila lelah dan capek. Karena rindangnya pepohonan dan kursi gazebo tersedia disana untuk
duduk-duduk dan bersantai sejenak ketika habis berjalan disekitar Istana. Keraton Jogja, budaya dan keindahan jawa
ada disana. Jadi, jadwalkan kesana apabila Petualang berada di Jogjakarta.
Lukisan Misteri yang
ada Di Keraton.
Lukisan
Misteri
Alon Alon Selatan
Keraton Jogjakarta – Sasono Hinggil Dwi Abad
Sasono
Hinggil Dwi Abad
2. Borobudur
|
Kunjungan SMAN 1 Ciamis MIA 3 2015 ke Candi Borobudur :) |
Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah, selain menjadi obyek wisata yang ramai
dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat
bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya yaitu "biara di
perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO.
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad
ke-9.
Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun
pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari
wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun
824 M dan selesai sekitar menjelang
tahun 900-an Masehi pada masa
pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah
turun-temurun bernama Gunadharma.
Kata
Borobudur sendiri
berdasarkan bukti tertulis pertama yang
ditulis oleh Sir Thomas
Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama
candi ini.
Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi
ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut
ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal
dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur"
(perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama
Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat
penganut Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar
bangunan Candi Borobudur
tertutup tanah vulkanik. Selain
itu,
bangunan juga tertutup berbagai pepohonan dan semak
belukar selama
berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris
menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar adanya penemuan
benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena
minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki
lokasi penemuan yang saat itu berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan
menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena
mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius
melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa gambar. Karena
penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang memulai pemugaran
Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali.
Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta
bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia
untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun
pemugaran ini baru benar-benar
mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses pemugaran baru selesai pada tahun
1984. Sejak tahun 1991, Candi
Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.
|
Kunjungan MA NU Tasikmalaya 2015 |
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari
Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki
10 tingkat yang terdiri dari 6
tingkat berbentuk bujur sangkar, 3
tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat
beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa
terdapat patung Buddha. Sepuluh
tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang
harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Kesempurnaan ini
dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari
atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi Buddha dan cara
berpikir manusia.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di
atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu
semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu
menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu
binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai
reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana.
Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha
digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan
raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian
total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan
pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi.
Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu
tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong
lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau
semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai
ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur
memiliki 2670 relief yang
berbeda.
Relief ini dibaca searah
putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan
diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu
gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha
lainnya.
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada
tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi
Borobudur. Waisak diperingati
sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh
kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini
disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah
candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di
Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama,
penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur
dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut
kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak
gunung di bagian selatan.
Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal maupun
mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi
penganut Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting
penganut Buddha yaitu Waisak.
Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang
pernah dibuat di Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di
Indonesia selain Bali dan Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya seperti
Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.
3. Museum Dirgantara
Museum
Dirgantara Mandala berlokasi
di ujung utara Kabupaten Bantul dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman
tepatnya di area komplek Pangkalan
Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta.
walau pun letaknya agak tersembunyi di dalam kompleks
TNI AU , Akan tetapi akses
menuju tempat ini sangatlah mudah. Karena hanya berjarak sekitar 200m dari jalan utama
Janti (Ring Road timur) Jogjakarta. Dimana jalan ini
banyak dilintasi oleh kendaraan umum, baik bus (antar kota maupun dalam
kota) atau kendaraan umum lainnya.
Museum ini merupakan Museum
Dirgantara terlengkap
di Indonesia yang menempati Area seluas lima hektar dengan
luas bangunan sekitar 7.600 m2. Museum
Dirgantara Mandala sejarahnya berasal
dari penggabungan dua Museum yakni Museum Pusat
AURI yang didirikan 1967 di Jakarta dan Museum Pendidikan atau
Taruna yang sudah ada di komplek pendidikan AKABRI Bagian Utara Jogja. Pada 1977 keduanya kemudian digabungkan.
Koleksi Museum
Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah, antara lain : koleksi peninggalan
para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat terbang dari
negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat,
radar, bom atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.
Dalam museum ini, para
pengunjung dapat menyaksikan pesawat-pesawat dan benda sejarah dalam perjuangan
TNI Angkatan Udara, sejak perang kemerdekaan sampai saat ini. Selain itu bisa dilihat pula diorama dari satelit Palapa dan kapal ruang
angkasa Challenger, yang mengorbitkan satelit tersebut.
Gedungnya
dibagi menjadi
enam ruang. Yakni,
RuangUtama, Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang
Diorama, dan Ruang Minat Dirgantara.
a. Ruang Utama
Di ruang ini di
pajang Beberapa foto Mantan Pimpinan TNI – AU , Antara lain:
Laksamana Udara suryadi Pimpinan TNI – AU (Kepala stafmTRI AU tahun1946 –
1962), Laksamana Udara Omar Dani (Mentri Panglima Angkatan Udarta tahun 1962 –
1965), Laksamana Muda Udara Sri Muljono Herlambang (Menteri Panglima Angkatan
Udara 1965 – 1966), Laksamana Muda Udara Roesmin Nurjadin ( Menteri Panglima
angkatan udara tahun 1966 – 1969, Marsekal TNI Suwoto Sukendar (Kepala Staf TNI
Angkatan Udara tahun 1969 – 1973, Marsekal TNI Saleh Baasarah (Kepala Staf TNI
Angkatan Udara Tahun 1973 – 1976). Selain foto-foto tersebut, diruang ini juga
di pamerkan Lambang
– Lambang dan Motto dari korps TNI-AU antara lain: Swa Bhuwana adalah lambang TNI angkatan
Udara, yang artinya sayap Tanah Air, Pataka Komando Opearesi TNI AU (Koopsau),
Dengan Motto: Abhibuti Antarikhse Artinya : keunggulan di
udara adalah tujuan utama, Pataka Komando Panduan tempur Udara (Kopatdara)
Dengan Motto : Nitya Smakta Maarwati SarwabayaArtinya : senantias
siaga bertindak terhadap segala ancaman bahaya, Pataka komando pertahanan Udara
(Kohadud) Dengan Motto nya Surakhsita Nabhastata
Artinya : Udara yang di pertahankan dengan baik
b. Ruang Kronologi I dan II , Di Ruang ini pengunjung
bisa melihat diorama
sejarah dan dokumen-dokumen semasa zaman Proklamasi Kemerdekaan, pembentukan AURI,
Serangan Udara Pertama terhadap Semarang-Salatiga-Ambarawa, Operasi Penumpasan
PKI Muso/Madiun, Operasi Lintas Udara, Pembentukan Skadron AURI tahun 1950,
Penumpasan DI/TII-PRRI/Permesta-Trikora-Dwikora, Operasi Non Militer TNI AU,
hingga Operasi Penumpasan sisa-sisa pemberontakan G30S/PKI.
c.Ruang Alutsista
di ruang ini kita dapat melihat peralatan tempur TNI-AU, antara lain
: rudal antipesawat, senjata PSU (penangkis serangan udara) dan beberapa
senapan yang dipakai oleh pasukan Indonesia yang melawan Belanda waktu itu. Beberapa pesawat, dirancang bisa dinaiki
oleh pengungjung. Tentu saja secara
statis, tidak diterbangkan. Jadi siapapun bisa langsung tahu keadaan di dalam
pesawat, dan teknologi yang sudah ada saat itu. jenis Tu-16 yang terletak
di pelataran museum. Ada juga pesawat PBY-5A Catalina dan UF 1 Albatros
IR-0117. Catalina buatan AS masuk ke jajaran Skadron V Lanud Abdulrachman Saleh
pada 1950. AURI mendapatkan delapan Catalina bekas pakai AU Hindia Belanda
sebagai realisasi Konferensi Meja Bundar, 1949.
D.RUANG DIORAMA
Diruang ini Terdapat beberapa Diorama Antara lain:
Deorama penerbangan pertama pesawat merah putih, Diorama peristiwa 29 juli
1947, Diorama setelah penerbangan pertama, Diorama Trikora, Diorama Satelit
(SKSD) Palapa.
Uraian Diatas hanyalah beberapa gambaran dari apa yang
bisa kita temukan di Museum
Dirgantara Mandala , Untuk lebih lengkapnya, silahkan Anda Alokasikan
waktu dan Budget anda untuk berwisata ke tempat ini, karena banyak manfaat yang
bisa kita ambil dari tempat ini. Dengan
berkunjung ke tempat ini, kita dapat berlibur sekaligus belajar sejarah
perjuangan para pahlawan-pahlawan yang berjasa mengamankan langit Indonesia
tercinta. So ..tunggu apalagi, Datang dan Nikmati
4.
Candi Prambanan
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan,
Sleman dan kecamatan Prambanan,
Klaten, kurang lebih 17
kilometer timur laut Yogyakarta, 50
kilometer barat daya Surakarta dan
120 kilometer selatan Semarang,
persis di perbatasan antaraprovinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan
terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo,
Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di
wilayah adminstrasi desa Tlogo,
Prambanan, Klaten.
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang
dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan
dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi
Borobudur),
berdirinya
candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi
ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini
dibangun taman indah.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan
masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak
mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam
semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa
menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari.
Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi
arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Candi Prambanan memiliki
3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi
Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu
candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini (lembu) untuk Siwa,
Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi
apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224
candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan
bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama
berisi arca Siwa, sementara 3
ruangan
yang lain masing-masing berisi
arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah
yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan
di atas.
1
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi
Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian
juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya
akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi
pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi
Wisnu.
Candi ini menyimpan kisah tentang
sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik
dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah,
berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi
Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar',
biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam
mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna
(kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para
dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak
orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia
menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila
mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk
lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan
kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha
Krut.
Prambanan
juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli,
relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon
Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian
dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan
tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa
masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga
digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan
konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan
melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan
pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa
relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief
burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan
begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat
mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief
Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan.
Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah
pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat
di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum
ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan.
Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat
di taman sekitar candi.
5. Taman Pintar
Taman pintar Yogyakarta, sekilas terlihat
seperti tempat berisi wahana untuk anak-anak. Ternyata setelah masuk kedalam,
tempat ini asyik juga buat pengunjung remaja (seperti penulis) maupun orang tua
muda dan kakek-nenek muda (entah ini maksudnya gimana). Taman pintar terletak di jalan Panembahan
Senopati, dekat toko buku shopping, dan juga dekat dengan Benteng Vredeburg. Kalo dari jembatan
Sayidan silahkan langsung menuju ke barat ketemu perempatan lurus aja, nah
nanti ada di kanan jalan. Kalo dari pusat perbelanjaan malioboro tinggal terus
ikuti jalan satu arah ke selatan, kemudian ketemu perempatan lampu merah belok
kiri atawa ke timur. terus sambil liat kiri jalan. nanti keliatan kayak gambar
di atas ini.
Tiket masuknya, kalau cuma masuk sih
gratis. Tapi untuk menikmati fasilitas yang selain playground atau halaman
depan harus bayar. Disini saya hanya memberitahu harga tiket dewasa saja. Masuk
ke Ruang Memorabilia, Gedung
Oval dan Kotak itu bayar Rp 15.000,-. Kalau bermain dan belajar membuat batik di Rumah Batiknya Rp5.000,-, Rumah Clay juga Rp 5.000,-. Nonton film 4D sekitar Rp.
15.000,-. Itu fasilitas yang bisa dinikmati orang dewasa, fasilitas
anak-anak ada namanya PAUD, saya gak tau ini isinya macam mana. hahaha. Taman
Pintar buka dari hari Selasa – Minggu pukul 09.00-16.00.
Aku akan mulai bercerita tempat yang
aku kunjungi. Sebelumnya, menurut pengalaman penulis untuk muterin Taman Pintar
ini membutuhkan waktu 2-3 jam. Pastikan sudah menyediakan waktu yang cukup.
Rumah Batik dan Clay (intine buat sesuatu dari tanah liat clay itu). Disini
kita akan diberikan kain kecil yang bisa kita gambar motif sesuka hati, yang
nanti kita akan batasi dengan malam (cairan khusus) untuk pemisahan warna dalam
membatik. Kalau clay, kita akan mendapat sekotak tanah liat (clay) untuk
dibentuk sesuka hati. Jangan khawatir gak bisa, soalnya akan dibantu, dibimbing
dan diajarin sama mbak-mbak atau mas-masnya yang jaga disana. hehehe. Sebaiknya
ini dikunjungi pertama sehingga sambil menunggu kain batik atau clay kita
kering kita bisa jalan-jalan dulu.
Setelah membatik atau bermain tanah
liat kita bisa masuk dulu ke Gedung Memorabilia. Gedung ini isinya itu
sejarah-sejarah. Sejarah
Indonesia secara umum dan Jogja secara khususnya. Sejarah Jogja ini ada foto-foto Para
Sultan yang memimpin Nagari Ngayogyakarto serta sejarah berdirinya Keraton
Ngayogyakarto Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Selain disajikan melalui foto, ada juga dengan komputer berlayar sentuh untuk memilih sejarah
Keraton mana yang ingin diketahui. Interaktiflah pokoknya. hahaha.
Selain sejarah Keraton ada juga sejarah
Indonesia yang tentu saja penggambaran peristiwa bersejarah yang ada di Jogja.
hehehe. Sejarah ini juga bisa diliat melalui layar sentuh lagi.
Setelah masa-masa sejarah kita liat selanjutnya zona presiden. nah, ini isinya
foto presiden-presiden Indonesia dan beberapa koleksinya. Diantara koleksi yang
ada adalah baju koko punya Gus Dur. Paling banyak sih koleksi dari presiden
kita sekarang, bapak SBY.
Selanjutnya adalah Gedung Oval yang
bergabung langsung dengan Gedung Kotak. Memasuki Gedung Oval langsung disuguh
pemandangan aquarium air tawar
raksasa dengan beragam ikan air tawarnya. Selanjutnya memasuki area peradaban dinosaurus. Ada patung
dinosaurus yang bisa bersuara dan kepala goyang-goyang gitu. lucu deh.
hahaha. Setelah itu kita masuk ruangan inti yang bentuknya kubah gitu.
Nah ini mungkin yang dimaksud dengan ovalnya. Ruangan melingkar ini
disekitarnya ada peraga-peraga yang bisa kita coba-coba, termasuk permainan
asah otak. Semacam kita memisahkan benda yang berkaitan tanpa memaksanya. Waktu
itu saya gak bisa semua. hiks. hiks. Nanti disini ada jalan melingkar ke atas.
Begitu sampai atas langsung memasuki area
Gedung Kotak. Isinya juga masih seputaran
sains. Tiap dinding ada semacam gambar teka-teki yang juga udah ada
clue/jawabannya. Diawal ada penjelasan tentang beberapa bencana seperti rumah
gempa bumi, dimana nanti kita bisa masuk ke rumahnya dan merasakan getaran
gempa bumi disana. Ada alat peraga tsunami, motor listrik dan pembentukan
hologram. Selain itu nanti disana ada beberapa ruangan misal sumbangan dari
pertamina, BATAN, Honda,dll. Dalam tiap ruangan/bagian ada banyak alat peraga
yang bisa dicoba-coba. Contoh dari Honda ada simulasi berkendara sepeda motor,
Aqua ada tentang unsur-unsur air yang berbentuk puzzle pada layar sentuh,dll.
Ada juga bagian ruang budaya, pertanian dan pengolahan susu. Pada satu
bagiannya ada kolam 3D. Dimana kalo kita injak ikannya bisa langsung kabur.
Padahal gak ada kolam disana. hahaha.
Dalam gedung ini juga terdapat
alat-alat peraga fisika dan matematika. Penyajian ada yang berbentuk multimedia
dan alat peraga langsung yang bisa dimainkan. Bagian lain dari Gedung Kotak
adalah perpustakaan, bioskop 4D, pusat tes psikologi (bayar Rp 5.000,- untuk
melakukan tes psikologi), foodcourt,dll. Perjalanan dalam gedung inilah yang
paling melelahkan. Karena sekali masuk sudah itu harus maju. Gak bisa mundur untuk
keluar. Selama semua dibawa senang tentu akan membawa kesan positif. Pastikan
anda tidak terburu waktu ketika memasuki dua gedung ini. hehehe.
Masuk juga kebagian kesimpulan dan
akhir perjalanan ini. hehehe. Secara umum Taman Pintar ini mirip seperti yang
ada pada Museum IPTEK di TMII. Hanya saja ini sebagian kecil dari sana saja.
Sebagai wisata edukasi yang ada di Jogja tempat ini layak untuk memperkenalkan
anak pada teknologi, dengan ini pula kegiatan belajar bisa menjadi sangat
menyenangkan. Saya rasa ini bisa menjadi salah satu cara juga untuk mendekatkan
orang tua dan anak untuk belajar bersama dalam satu wahana atau tempat yang
menyenangkan. Semua keunggulan dan fasilitas yang ada di Taman Pintar ini bisa
menjadi tidak berarti jika ini tidak dikelola dengan baik. Sekilas penjelasan
dari saya mungkin ini terlihat bagus dan “wah”. Namun saya sedikit kecewa
dengan beberapa alat peraga yang rusak dan beberapa tempat/bagian yang kurang
terurus sehingga kotor dan berdebu. Yah semoga ada yang baca dari pihak
manajemen sehingga bisa langsung diperbaiki. hehehe. Secara umum saya puas
bermain di Taman Pintar terutama pas membatik dan bermain tanah liat. Sekian
saja. Akhir kata Wassalam.
Photo by : Jatmiko H.W dan N.Y.S
Memberi malam melalui canting ke pola yang
sudah dibuat (Membatik).
Hasil dari tangan dingin Rahmat dalam
memainkan tanah liat.
6. Monjali
|
Kunjungan SMPN 11 Tasikmalaya 2015 ke Monumen Jogja Kembali (Monjali) |
Dalam enam jam pasukan
Belanda kocar-kacir. Sebuah serangan yang menjadi awal kembalinya kedaulatan
Republik Indonesia.
Pusat Kota Yogyakarta
Bunyi sirene tanda istirahat dibunyikan dari
pos pertahanan Belanda. Di bawah komando Letkol Soeharto, Komandan Brigade 10
daerah Wehrkreise III, mulai menggempur pertahanan Belanda setelah mendapat
persetujuan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX selaku penggagas serangan.
Pasukan Belanda yang satu bulan semenjak Agresi Militer Belanda II bulan
Desember 1948 disebar pada pos-pos kecil, terpencar dan melemah. Selama enam
jam Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta,
setelah memaksa mundur pasukan Belanda. Tepat pukul 12.00 siang, sesuai dengan
rencana, semua pasukan TNI menarik diri dari pusat kota ketika bantuan Belanda
datang. Sebuah kekalahan telak bagi pihak Belanda.
Pertempuran yang dikenal dengan Serangan Umum
1 Maret inilah yang menjadi awal pembuktian pada dunia internasional bahwa TNI
masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan serta menyatakan bahwa
Republik Indonesia masih ada. Hal ini terpicu setelah Pemerintah Belanda yang
telah menangkap dan mengasingkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Sumatera,
memunculkan propaganda dengan menyatakan Republik Indonesia sudah tidak ada.
Berita perlawanan selama enam jam ini
kemudian dikabarkan ke Wonosari, diteruskan ke Bukit Tinggi, lalu Birma, New
Delhi (India), dan berakhir di kantor pusat PBB New York. Dari kabar ini, PBB
yang menganggap Indonesia telah merdeka memaksa mengadakan Komisi Tiga Negara
(KTN). Dalam pertemuan yang berlangsung di Hotel Des Indes Jakarta pada tanggal
14 April 1949 ini, wakil Indonesia yang dipimpin Moh. Roem dan wakil Belanda
yang dipimpin Van Royen, menghasilkan sebuah perjanjian yang ditanda tangani
pada tanggal 7 Mei 1949. perjanjian ini kemudian disebut dengan perjanjian Roem
Royen (Roem Royen Statement). Dalam perjanjian ini Belanda dipaksa untuk
menarik pasukannya dari Indonesia, serta memulangkan Presiden dan Wakil
Presiden, Soekarno-Hatta ke Jogja. Hingga akhirnya pada tanggal 27 Desember
1949 secara resmi Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia.
Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan
bangsa, pada tanggal 29 Juni
1985 dibangun
Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen setinggi
31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan
upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya
pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini
selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan
penandatanganan Prasasti.
Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan
Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan
juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah. Peletakan
bangunanpun mengikuti budaya Jogja, terletak pada sumbu imajiner yang
menghubungkan Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak dan Parang Tritis. "
Poros Makro Kosmos atau Sumbu Besar Kehidupan" begitu menurut Pak Gunadi
pada YogYES. Titik imajiner pada bangunan yang berdiri di atas tanah seluas 5,6
hektar ini bisa dilihat pada lantai tiga, tepatnya pada tempat berdirinya tiang
bendera.
Nama Monumen Yogya Kembali merupakan
perlambang berfungsinya kembali Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai
tetengger sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta
pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden
Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Memasuki area monumen yang terletak sekitar
tiga kilometer dari pusat kota Jogja ini, pengunjung akan disambut dengan
replika Pesawat Cureng di dekat pintu timur serta replika Pesawat Guntai di
dekat pintu barat. Menaiki podium di barat dan timur pengunjung bisa melihat
dua senjata mesin beroda lengkap dengan tempat duduknya, sebelum turun menuju
pelataran depan kaki gunung Monumen. Di ujung selatan pelataran berdiri tegak
sebuah dinding yang memuat 420 nama pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948
hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk
pahlawan yang tidak diketahui namanya.
Monumen dikelilingi oleh kolam (jagang) yang
dibagi oleh empat jalan menuju bangunan utama. Jalan barat dan timur
menghubungkan dengan pintu masuk lantai satu yang terdiri dari empat ruang
museum yang menyajikan sedikitnya 1.000 koleksi tentang Satu Maret, perjuangan
sebelum kemerdekaan hingga Kota Yogyakarta menjadi ibukota RI. Seragam Tentara
Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih tersimpan
rapi di sana. Di samping itu, ada juga ruang Sidang Utama, yang letaknya di
sebelah ruang museum I. Ruangan berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 25
meter ini berfungsi sebagai ruang serbaguna, karena biasa disewakan untuk
keperluan seminar atau pesta pernikahan.
Sementara itu jalan utara dan selatan
terhubung dengan tangga menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari
bangunan terukir 40 relief yang menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai
dari 17 Agustus 1945 hingga 28 Desember 1949. sejumlah peristiwa sejarah
seperti perjuangan fisik dan diplomasi sejak masa Proklamasi Kemerdekaan,
kembalinya Presiden dan Wakil Persiden ke Yogyakarta hingga pembentukan Tentara
Keamanan Rakyat tergambar di relief tersebut. Sedangkan di dalam bangunan,
berisi 10 diorama melingkari bangunan yang menggambarkaan rekaan situasi saat
Belanda menyerang Maguwo pada tanggal 19 Desember 1948, SU Satu Maret,
Perjanjian Roem Royen, hingga peringatan Proklamasi 17 Agustus 1949 di Gedung
Agung Yogyakarta.
Lantai teratas merupakan tempat hening
berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera
merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan
perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding
timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para
pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.
Selama ini perjuangan bangsa hanya bisa
didengar melalui guru-guru sejarah di sekolah, atau cerita seorang kakek pada
cucunya. Monumen Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana
kemerdekaan itu tercapai. Melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau
koleksi pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang
kemerdekaan. Satu tempat yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang
perjalanan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Fitur ini untuk
menampung ulasan wisatawan, bukan untuk menampung pertanyaan, pemesanan, dll.
Mohon hubungi pengelola tempat ini untuk hal-hal tersebut.
Tulis ulasan
berdasarkan pengalaman pribadi. Ulasan Anda mungkin membantu traveler lainnya. Isi ulasan
sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.