Populasi Dan Komunitas
Makhluk Hidup
Populasi adalah sekumpulan
individu dengan
ciri-ciri yang sama (spesies) yang hidup menempati ruang yang sama pada
waktu tertentu.
Anggota-anggota populasi secara alamiah saling berinteraksi satu sama lain dan
bereproduksi di antara sesamanya. Konsep populasi banyak dipakai dalam
ekologi dan
genetika.
Ekologiwan memandang populasi sebagai unsur dari sistem yang lebih luas.
Populasi suatu spesies adalah bagian dari suatu
komunitas.
Selain itu, evolusi juga bekerja melalui populasi. Ahli-ahli genetika, di sisi
lain, memandang populasi sebagai sarana atau wadah bagi pertukaran
alel-alel yang dimiliki
oleh individu-individu anggotanya. Dinamika frekuensi alel dalam suatu populasi
menjadi perhatian utama dalam kajian
genetika
populasi.
Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari
beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam
komunitas manusia,
individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Serigala,
rusa, berang-berang, pohon cemara dan pohon birch adalah beberapa populasi yang
membentuk komunitas hutan di Isle Royale. Ahli ekologi mempelajari peranan masing-masing
spesies yang berbeda di dalam komunitas mereka. Mereka juga mempelajari tipe
komunitas lain dan bagaimana mereka berubah. Beberapa komunitas seperti hutan
yang terisolasi atau padang rumput dapat diidentifikasi secara mudah, sementara
yang lainnya sangat sulit untuk dipastikan.
Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang
berarti “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang
berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. (Wenger, 2002: 4).
Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen:
1.
Berdasarkan Lokasi atau Tempat
Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana
sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis.
2.
Berdasarkan Minat.
3.
Berdasarkan Komuni. Komuni
dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.
Berbagai Bentuk Ekosistem
Alami
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk
dari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem
bisa dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unsur biosistem yang melibatkan hubungan timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik. Penggabungan tersebut menimbulkan energi
terhadap suatu struktur biotik tertentu dan akan menimbulkan siklus materi
antara organisme dan anorganisme.
1.
Komponen Pembentuk Ekosistem
Ekosistem terdiri atas beberapa komponen pembentuk,
yaitu komponen biotik, abiotik, dan pengurai (dekomposer). Berikut ini
penjelasan mengenai komponen penyusun ekosistem.
A.
Komponen Biotik
Biotik merupakan suatu istilah yang
biasa digunakan untuk menyebut sesuatu yang hidup (organisme). Komponen biotik
terbagi menjadi dua, yaitu komponen heterotrof dan autotrof. heterotrof terdiri
dari organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik yang disediakan oleh
organisme lain sebagai makanannya.Komponen ini disebut juga konsumen makro
karena makanan yang dikonsumsi berukuran lebih kecil. Yang termasuk golongan
komponen ini, antara lain manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
Sementara itu, komponen autotrof
adalah organisme yang mampu menyediakan makanan sendiri dengan bantuan energi
seperti energi matahari ataupun energi yang bersifat kimia. Komponen autotrof
berfungsi sebagai produsen. Yang tergolong komponen ini adalah tumbuhan hijau.
B.
Komponen Abiotik
Komponen abiotik (bahan tak hidup)
adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan middle tempat berlangsungnya
kehidupan. komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa organik, dan
faktor yang mempengaruhi distribusi organism. Komponen abiotik terdiri atas
suhu, air, udara, sinar matahari, tanah, dan iklim.
C.
Komponen Pengurai (Dekomposer)
Komponen pengurai atau dekomposer
adalah organisme yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme
mati. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan
melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh
produsen. Yang termasuk golongan pengurai adalah bakteri dan jamur.
2.
Macam-Macam Ekosistem
Secara umum, ekosistem ada tiga macam, yaitu ekosistem
air, ekosistem darat, dan ekosistem buatan. Berikut ini penjelasan mengenai
macam-macam ekosistem.
A.
Ekosistem Air
Ekosistem air terdiri atas beberapa
ekosistem, yaitu ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem sungai, dan
ekosistem terumbu karang. Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri memiliki
variasi suhu yang tidak mencolok, pencahayaan kurang, dan terpengaruh iklim dan
cuaca.
Ekosistem air laut memiliki kadar
garam yang tinggi. Dalam ekosistem air laut, memiliki suhu yang tinggi dan
penguapan yang tinggi. Sementara itu, ekosistem sungai terdiri atas hewan
seperti ikan, buaya, hewan lainnya yang sering berada di sungai.Ekosistem
terumbu karang terdiri atas coral yang berada dekat pantai. Hewan-hewan yang
berada di terumbu karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik
lainnya. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai memiliki pasir
putih.
B.
Ekosistem Darat
Ekosistem darat terdiri atas
beberapa ekosistem, di antaranya ekosistem hutan hujan tropis, sabana, padang
rumput, dan gurun. Ekosistem hutan hujan tropis terdapat di daerah tropis dan
subtropics. Ekosistem ini memiliki pepohonan yang banyak dan memiliki curah
hujan yang tinggi.Ekosistem sabana terdapat di wilayah dengan tingkat curah
hujan yang rendah. Sabana yang terluas terdapat di Afrika dan Australia. Hewan
yang hidup di sabana antara lain serangga, zebra, dan singa. Sementara itu,
ekosistem padang rumput terdapat di daerah tropis dan underling tropis. Dalam
ekosistem ini, hujan turun tidak teratur. Hewan yang hidup di ekosistem ini
antara lain gajah, jerapah, dan singa.
C.
Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem buatan
mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi
pengaruh manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan
antara lain bendungan, sawah irigasi, dan perkebunan kelapa sawit. Ekosistem
buatan antara lain: Hutan buatan, sawah, ladang, kebun, desa, kota, bendungan,
kolam.
Aliran Energi Dan Materi
Dalam Ekosistem Alami
Siklus biogeokimia atau siklus organikanorganik adalah
siklus unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik
dan kembali lagi ke komponen abiotik. Siklus tersebut tidak hanya melalui
organisme, tetapi juga melibatkan reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik
sehingga disebut siklus biogeokimia. Siklus tersebut antara lain:
Siklus Nitrogen (N2). Nitrogen yang diikat biasanya dalam bentuk
amonia. Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati oleh bakteri.
Amonia ini akan dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu Nitrosomonas danNitrosococcus
sehingga menghasilkan nitrat yang akan diserap oleh akar tumbuhan. Selanjutnya
oleh bakteri denitrifikan, nitrat diubah menjadi amonia kembali, dan amonia
diubah menjadi nitrogen yang dilepaskan ke udara. Dengan cara ini siklus
nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
Siklus Fosfor. Fosfat organik dari hewan dan tumbuhan
yang mati diuraikan oleh dekomposer (pengurai) menjadi fosfat anorganik. Fosfat
anorganik yang terlarut di air tanah atau air laut akan terkikis dan mengendap
di sedimen laut. Fosfor dari batu dan fosil terkikis dan membentuk fosfat
anorganik terlarut di air tanah dan laut. Fosfat anorganik ini kemudian akan
diserap oleh akar tumbuhan lagi. Siklus ini berulang terus-menerus.
Siklus Karbon dan Oksigen. Karbondioksida di udara diimanfaatkan
oleh tumbuhan untuj berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan
digunakan manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati,
dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan
dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 di udara.
A.
Rantai Makanan
Dalam ekosistem hanya tumbuhan hijau yang mampu
menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis dengan bantuan air,
karbondioksida, klorofil dan cahaya matahari. Bagaimana dengan mahluk
hidup lain? Mahluk hidup lain memperoleh makanan dengan melalui proses
interaksi dengan mahluk hidup lain melalui pola-pola interaksi tertentu.
Hal ini disebabkan karena mahluk hidup sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup
tanpa peran makhluk hidup lain. Salah satu bentuk interaksi antar
mahluk hidup tersebut adalah proses makan dan dimakan yang jika disusun secara
berurutan akan membentuk suatu rantai makanan.
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara
makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup
yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan dekomposer. Berikut
adalah contoh sebuah rantai makanan.
Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan
dimakan dalam urutan tertentu yaitu rumput dimakan belalang, belalang dimakan
katak, katak dimakan ular dan jika ular mati akan diuraikan oleh jamur yang
berperan sebagai dekomposer menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan oleh
tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem
disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu
menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof
dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat
tropik kedua disebut konsumen primer (konsumen I). Konsumen I biasanya
diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga
disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging
(carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi
disebut konsumen puncak.
Dengan demikian, pada rantai makanan tersebut dapat
dijelaskan bahwa :
1.
Rumput bertindak sebagai
produsen.
2.
Belalang sebagai konsumen I
(Herbivora)
3.
Katak sebagai konsumen II
(Carnivora)
4.
Ular sebagai konsumen
III/konsumen puncak (Carnivora)
5.
Jamur sebagai dekomposer.
Ada dua tipe dasar
rantai makanan:
1.
Rantai makanan rerumputan (grazing
food chain). Misalnya: tumbuhan => herbivora => karnivora.
2.
Rantai makanan sisa (detritus
food chain). Bahan mati mikroorganisme (detriivora= organisme pemakan sisa)
predator.
B.
Jaring-Jaring Makanan
Rantai makanan merupakan gambar peristiwa makan dan
dimakan yang sederhana. Kenyataannya dalam satu ekosistem tidak hanya
terdapat satu rantai makanan, karena satu produsen tidak selalu menjadi sumber
makanan bagi satu jenis herbivora, sebaliknya satu jenis herbivora tidak selalu
memakan satu jenis produsen. Dengan demikian, di dalam ekosistem terdapat
rantai makanan yang saling berhubungan membentuk suatu jaring-jaring makanan.
Jadi apakah jaring-jaring makanan itu? Jaring-jaring
makanan merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan. Perhatikan
contoh jaring-jaring makanan berikut!
Dapatkah kalian menentukan ada berapa rantai
makanan penyusun jaring-jaring makanan tersebut? Benar sekali, ada 18 rantai
makanan. Untuk bisa menentukan berapa jumlah rantai makanan penyusun
jaring-jaring makanan, kalian harus menuliskan urutannya satu per satu dengan
teliti.
C.
Piramida Makanan
Seumpama katak pada contoh rantai makanan di atas
dihilangkan, apa yang akan terjadi? Kemungkinan yang terjadi adalah jumlah
belalang akan meningkat karena tidak ada pemangsanya. Kebalikannya jumlah ular
akan berkurang karena tidak ada makanan. Yang terjadi berikutnya adalah belalang
pun akan banyak yang mati karena jumlah rumput tidak bisa memenuhi kebutuhan
makan belalang yang jumlahnya bertambah banyak.
Dari ilustrasi di atas, sebuah ekosistem akan seimbang
dan terjaga kelestariannya apabila jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah
konsumen I, jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada konsumen II, dan
seterusnya. Apabila kondisi tersebut digambarkan maka akan terbentuk suatu
piramida makanan. Berikut adalah contoh piramida makanan dari jaring-jaring
kehidupan di atas.
Kita sebagai mahluk hidup senantiasa bergantung pada
mahluk hidup lain. Seperti kalian ketahui di atas, bahwa keseimbangan ekosistem
sangat penting bagi kelangsungan hidup mahluk hidup. Untuk itu kita harus arif
dan bijak dengan tidak melakukan perusakan lingkungan demi keseimbangan alam
dan kelangsungan hidup kita. Mari cintai lingkungan hidup kita mulai dari yang
terdekat dengan menjaga kelestarian alam di sekitar kita.