Masalah Pola pembangunan bangsa
Indonesia saat ini memerlukan penanganan yang serius terutama bidang politik,
ekonomi, kesejahteraan dan pendidikan. Di tengah memburuknya situasi politik
yang semakin tidak menentu, ekonomi pun ikut terpuruk sehingga mengakibatkan
kesejahteraan masyarakat menurun. Bahkan bidang pendidikan lebih parah lagi.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara umum jauh dari yang
diharapkan.
Pembangunan yang seharusnya
dilakukan pembangunan yang terpusat pada manusia dan masyarakat Indonesia
dengan sasaran utama pada peningkatan SDM sehingga mampu berperan serta secara
aktif dalam pembangunan, mandiri dan mampu meningkatkan efisiensi dan
produktivitas nasional dalam menghadapi dan mengatasi tantangan serta
permasalahan yang muncul dari dalam dan luar negeri.
Tempat yang terbaik untuk membangun
bangsa sendiri adalah masyarakat bukan menggantungkan diri kepada pemerintah.
Tugas pemerintah adalah bagaimana membina masyarakat berperan aktif dalam
pembangunan. Bentuk pembinaan tersebut dapat ditempuh dengan jalur pendidikan
karena walau bagaimanapun pendidikan tetap merupakan modal dasar keberhasilan
suatu bangsa dalam pembangunan. Namun, di tengah memburuknya kualitas sumber
daya manusia di Indonesia, timbul pula beberapa faktor yang menghambat dalam
proses pendidikan yaitu kemiskinan dan pengangguran.
Pengangguran nampaknya menjadi
ancaman yang serius bagi pola pembangunan Indonesia. Pengangguran ini dapat
mengakibatkan terputusnya pendidikan dan kemiskinan yang semakin meningkat. Dengan
semakin merebaknya budaya penganggur maka secara langsung akan dirasakan
akibatnya dapa masalah sosial di masyarakat.
Masalah
Pendidikan yang Disebabkan Oleh Masalah Penduduk
Mengingat negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang sehingga untuk
melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat,
karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik. Akibatnya
fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Oleh karena
itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit sekali. Hal
ini disebabkan karena :
a) Kurangnya fasilitas pendidikan dalam
segala tingkatan di seluruh daerah
b) Pendapatan per kapita penduduk yang masih
rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya
sekolah.
c) Pesatnya pertumbuhan penduduk yang
tidak seimbang dengan volume pekerjaan menyebabkan terjadinya pengangguran yang
berdampak pada kerawanan sosial.
d) Besarnya anak usia sekolah yang
tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
e) Tingkat pendidikan yang dapat
dicapai oleh masyarakat Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut :
No
|
Tingkat pendidikan
|
%
|
1
|
Tidak sekolah
|
32,37
|
2
|
Belum tamat SD
|
19,38
|
3
|
SD
|
4,3
|
4
|
SMP
|
2,03
|
5
|
SMA
|
0,17
|
6
|
Akademi
|
0,14
|
Dari tabel di atas ternyata, banyaknya penduduk yang masih
buta huruf / putus sekolah adalah besar prosentasenya. Oleh karena masalah
pendidikan menjadi problem Nasional yang cukup mengkhawatirkan., dimana
dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat manggambarkan
tinggi rendahnya kemajuan bangsa.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang sedang membangun di kawasan Asia
Tenggara. Kesulitan yang dihadapi negara dalam proses pembaharuan pendidikan
nasional, antara lain akan bertambahnya dengan cepat jumlah anak-anak yang
perlu mendapat pendidikan sekolah. Sedangkan daya tampung sangat
terbatas.Ketimpangan antara permintaan dan penyediaan fasilitas belajar,
keterbatasan sumber- sumber , seperti personal, materiil dan biaya. Semua itu
dapat dilihat dari data pada tahun 1970.Kesulitan tersebut digolongkan pada
bentuk kesullitan yang bersifata kuantitatif. sedangkan kesulitan yang bersifat
kualitatif adalah merupakan sistam pendidikan warisan penjajah dulu. Bentuk
pendidikan yang demikian itu tentu dalam pelaksanannya sudah tidak sesuai
dengan tuntutan pembangunan nasional sekarang. Oleh karena itu, maka sistem
pendidikan itu tidak mungkin dipertahankan lagi.
Transformasi seperti apa yang elah dijelaskan di atas, tidak perlu mengalami
kesulitan dalam pelaksanaannya di negara-negara yang sedang membangun, dimana
masyarakat masih bersifat tertutup. Latihan-latihan perlu diarahkan pada
hal-hal yang baersifat vocational dan juga memberikan pelajaran tentang
kesadaran lingkungan. Sejauh mana proses pengajaran dapat menyentuh semangat
kelas terhadap perusahaan-perusahaan dan tempat-tempat latihan kerja, yang
mampu memupuk idedan aspirasi di kalangan para pemuda terhadap tugas pekerjaan
dalam suasana dan kondisi, dimana mereka dapat bertemu dengan pengalaman apabla
mereka meninggalkan sekolah. Pergantian suasana formal ke arah bentuk latihan
kerja yang aktual akan membantu mengurangi tindak negatif para remaja. Latihan
kerja demikian dapat dilaksanakan bersama sengan perusahaan –perusahaan
pemerintah dan swasta, pertanian, peternakan, dimana fasilitas demikian itu
tentu akan mempercepat perkembngan tanpa menambah beban keuangan keluarga atau
negara.Perlu dikemukakan pula bahwa, dalam kerangka pembaharuan pendidikan
nasional, pendidikan yang dilaksanakan di negara –negara barat tentu bukan
untuk dicela, akantetapi perlu diperhitungkan dalam penerapammya pada
masyarakat yang sedang membangun ynag memiliki kondisi kebudayaan, ekonomi, dan
sosial yang berbeda-beda. Penyelesaian pembaharuan pendidikan di negara-negara
yang sedang membangun, sesungguhnya bukan terletak pada bantuan keungan dan
teknik yang menungkat dari luar, akan tetapi perlu bersandar pada sejauh mana
reformulasi dari dalam yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional itu
sendiri.
Dampak yang ditimbulkan
dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah :
- Rendahnya
penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari
negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk
Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang
sangat diperlukan dalam pembangunan.
- Rendahnya
tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang
baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil
pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena
ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti
ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh
karena itu, pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang dapat
meningkatkan mutu pendidikan masyarakat.
Usaha-usaha pemerintah
dalam menangani masalah tersebut di antaranya:
Dengan adanya berbagai masalah yang
diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang relatif cepat tersebut maka
pemerintah mengambil kebijaksanaan kependudukan. Maksud diadakannya
kebijaksanaan kependudukan adalah untuk dapat lebih tercapainya kesejahteraan
penduduk/ masyarakat terutama keseimbangan antara jumlah penduduk dengan hasil
pembangunan.
- Pencanangan
wajib belajar 9 tahun.
- Mengadakan
proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
- Meningkatkan
sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah, perpustakaan,
laboratorium, dan lain-lain).
- Meningkatkan
mutu guru melalui penataran-penataran.
- Menyempurnakan
kurikulum sesuai perkembangan zaman.
- Mencanangkan
gerakan orang tua asuh.
- Memberikan
beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
Dengan di canangkan usaha-usaha
tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia yang
dilihat dari tingkat kependidikan agar negara ini bisa mengarahkan masyarakat
ke arah pembangunan yang mendukung tujuan negara untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Kependudukan
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti
sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan
populasi dapat pula dikenakan pada benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu
tempat. Dalam kaitannya dengan manusia, maka pengertian penduduk adalah manusia
yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Menurut JONNY PURBA :
Penduduk adalah orang yang matranya
sebagai diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara, dan
himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah
negara pada waktu tertentu
Menurut SRIJANTI & A. RAHMAN :
Penduduk adalah orang yang
mendiamisuatu tempat dalam wilayah tertentu dengan tanpa melihat status
kewarganegaraan yang dianut oleh orang tersebut
Teori penduduk modern
Ø Pandangan
Merkantilisme, jumlah penduduk yang banyak sebagai elemen yang penting dalam
kekuatan negara yaiti merupakan faktor yang penting di dalam kekuatan negara
dan memegang peranan dalam meningkatkan pengahasilan dan kekayaan negara.
Ø Pandangan Cantilion
(Merkantilisme), tanah merupakan faktor utama yang dapat menentukan tinggi
rendahnya kesejahteraan, selain itu, dinyatakan pula bahwa jumlah penduduk akan
terbatas karena jumlahnya akan dibatasi oleh jumlah makanan yang dapat
diproduksi oleh tanah.
Faktor mendorong terjadinya kependudukan
Ø Kemajuan IPTEK.
Ø Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu
memperoleh kondisi yang lebih baik dari sebelumnya di dalam kehidupannya baik
material maupun intelektual.
Ø Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta
dukungan lainnya yang diperlukan.
Analisis
kependudukan
Ø Cara Menghitung
Kelahiran dan perpindahan penduduk disuatu wilayah menyebabkan bertambahnya
jumlah penduduk di wilayah yang bersangkutan. Sedangkan kematian
menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk di wilayah tersebut. Pertumbuhan
penduduk suatu wilayah atau negara dihitung dengan membandingkan jumlah
penduduk awal (misal P0) dengan jumlah penduduk dikemudian hari (misal Pt ).
Tingkat pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus secara
geometrik yaitu dengan menggunakan dasar bunga-berbunga (bunga majemuk).
Dengan rumus
pertumbuhan geometrik, angka pertumbuhan penduduk ( rate of growth atau
r ) sama untuk setiap tahun, rumusnya:
Dimana ;
P0
adalah jumlah penduduk awal
Pt
adalah jumlah penduduk t tahun kemudian
r adalah
tingkat pertumbuhan penduduk
t adalah
jumlah tahun dari 0 ke t.
Ø Contoh dan Sumber Data
Untuk
mengaplikasikan rumus petumbuhan penduduk secara geometric (Geometric Rate
of Growth) diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data jumlah
penduduk Indonesia 1995 dari hasil Survai Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995
yakni 194,7 juta dan data jumlah penduduk 2000 dari hasil Sensus Penduduk (SP)
2000 yakni 205,8 juta. Dengan mengaplikasikan rumus di atas maka tingkat
pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1995-2000 adalah:
Pt
= P2000 =
205,8 juta ;
P0 = P1995 =
194,7 juta ;
t = 2000 -
1995 = 5 tahun
Bila data
diatas kedalam rumus pertumbuhan geometrik, maka:
205.800.000
= 194.700.000 * ( 1+ r) 5
log
(205.800.000 / 194.700.000)
--------------------------------------- =
log (1+ r)
5
0,0048
=
log (1 + r)
10 0,048 = 1 + r
1,0111
= 1 + r
r
=
0,0111
Ø Interpretasi
Angka
pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1995-2000 adalah 1,11 % per tahun.
Artinya setiap tahun antara 1995 dengan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia
bertambah sebesar 1,11 persen nya. Dengan angka pertumbuhan ini dapat dihitung
perkiraan jumlah penduduk pada tahun yang akan datang.
Ketenagakerjaan
Menurut UU No. 13
tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis
besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja
dan bukan tenaga kerja.
Menurut EENG AHMAN & EPI INDRIANI :
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang
dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja
Menurut ALAM. S :
Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun
keatas untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedangkan di
negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga
64 tahun.
Teori-teori
Ketenagakerjaan
a. Teori Klasik Adam Smith
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap
bahwa manusialah sebagai
faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran
bangsa-bangsa. Alasannya,
alam (tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada
sumber daya manusia yang pandai
mengolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Dalam hal ini teori klasik Adam Smith (1729-1790) juga melihat bahwa alokasi
sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah
ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga
agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif
merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
b. Teori Malthus
Sesudah Adam Smith, Thomas Robert Malthus
(1766-1834) dianggap sebagai
pemikir klasik yang sangat berjasa dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran
ekonomi. Buku Malthus yang dikenal paling luas
adalah Principles of Population.
Menurut Mulyadi (2003), dari buku tersebut akan
dilihat bahwa meskipun Malthus termasuk salah seorang pengikut Adam Smith,
tidak semua pemikirannya sejalan dengan pemikiran Smith. Disatu pihak Smith
optimis bahwa kesejahteraan umat manusia akan selalu meningkat sebagai dampak
positif dari pembagian kerja dan spesialisasi. Sebaliknya, Malthus justru
pesimis tentang masa depan umat manusia. Kenyataan bahwa tanah sebagai salah
satu faktor produksi utama tetap jumlahnya. Dalam banyak hal justru luas tanah
untuk pertanian berkurang karena sebagian digunakan untuk membangun perumahan,
pabrik-pabrik dan bangunan lain serta pembuatan jalan. Menurut Malthus manusia
berkembang jauh labih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian
untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Malthus tidak percaya bahwa teknologi
mampu berkembang lebih cepat dari jumlah penduduk sehingga perlu dilakukan
pembatasan dalam jumlah penduduk. Pembatasan ini disebut Malthus sebagai
pembatasan moral.
Klasifikasi Tenaga Kerja
Ø Berdasarkan
penduduknya
Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah
seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika
tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang
dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun
sampai dengan 64 tahun.
Bukan Tenaga Kerja
Bukan tenaga kerja
adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada
permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003,
mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15
tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan,
para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Ø Berdasarkan
batas kerja
Angkatan kerja
Angkatan kerja
adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai
pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari
pekerjaan.
Bukan angkatan
kerja
Bukan angkatan
kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya
bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga, orang cacat,
dan para pengangguran sukarela.
Ø Berdasarkan
kualitasnya
Tenaga kerja
terdidik
Tenaga kerja
terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam
bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal.
Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
Tenaga kerja
terampil
Tenaga kerja
terampil adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan
melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara
berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan
lain-lain.
-
Tenaga kerja tidak terdidik
Tenaga kerja tidak
terdidik adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh:
kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.
Analisis ketenagakerjaan
Ø Cara menghitung
Penghitungan jumlah tenaga kerja
dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun
keatas) dalam suatu negara. Angka tersebut biasanya didapatkan dari Sensus
Penduduk. Sedangkan persentase tenaga kerja dalam satu negara dapat dihitung
dengan membandingkan antara jumlah penduduk usia kerja dengan total jumlah
penduduk.
Rumus
: Jumlah Tenaga Kerja = Penduduk usia 15 + Penduduk usia 16 + Penduduk usia 17
+ …dst
% Tenaga Kerja = Jumlah Penduduk usia 15
tahun atau lebih x100
Jumlah penduduk
Ø Contoh :
Dari
publikasi Sensus Penduduk 2000 terdapat informasi mengenai penduduk yang
berusia 15 tahun keatas. Berdasarkan rumus diatas maka pada tahun 2000 jumlah
tenaga kerja, penduduk yang berusia diatas 15 tahun, di Indonesia sebanyak
139.991.800 orang.
Ø Interpretasi
Semakin
besar jumlah tenaga kerja dalam satu negara maka semakin besar penawaran tenaga
kerjanya. Apabila hal ini tidak diikuti dengan peningkatan permintaan tenaga kerja
(kesempatan kerja) maka pengangguran akan terjadi. Di samping itu, semakin
besar jumlah tenaga kerja maka semakin besar kapasitas penduduk usia kerja
untuk menopang penduduk usia tidak produktif. Sehingga nilai rasio
ketergantungan akan cenderung menurun. Namun semua ini memerlukan jumlah
kesempatan kerja yang mencukupi.